Dua kali Penulis pernah menjadi anggota Tim Penjaringan Bakal Calon Bupati/Wakil Bupati Halut pada dua event Pilkada Halut (2010 dan 2015), tetapi belum pernah terjadi fenomena yang begitu menarik seperti yang sedang terjadi pada saat ini. Yang cukup menonjol adalah dinamika politik begitu fluktuatif bergerak, bahkan mampu secara cepat merobah berbagai prediksi dan analisis serta pementaan politik yang sudah dibuat sebelumnya. Ketika partai-partai politik belum membuka proses penjaringan dan penyaringan bakal calon bupati dan wakil bupati, incumbent Bupati Halut Ir Frans Manery masih terlihat sebagai figur yang paling kuat dan paling berpeluang memenangkan Pilkada 2020.

Penulis termasuk orang yang masih yakin bahwa incumbent Bupati Halut Ir Frans Manery adalah figur terkuat karena didukung sejumlah faktor, antara lain: Pertama, sebagai incumbent memiliki otoritas penguasaan dan pengendalian atas birokrasi, mulai dari Sekda dan para kepala dinas sampai pada para kepala desa se-kabupaten Halut. Kedua, didukung faktor finansial yang kuat terutama melalui para kontraktor yang selama ini menikmati keuntungan mengelola proyek-proyek sepanjang pemerintahan Frans Manery. Ketiga, sebagai salah satu pimpinan di Sinode GMIH, incumbent masih akan mendapat dukungan yang significant, minimal dari kelompok GMIH lama. Hal ini semakin diperkuat dengan manuver sosialisasi keputusan MA tentang sengketa GMIH oleh sejumlah tokoh GMIH Pembaruan, yang di lain pihak justru memperkuat dukungan kepada Frans Manery sebagai salah seorang tokoh yang bisa diandalkan oleh Sinode GMIH (yang kalah)untuk memperjuangkan kepentingan mereka ke depan.Keempat, didukung mesin partai yang kuat yakni jika pada Pilkada mendatang incumbent masih mendapat dukungan dari Partai Golkar, maka jalan menuju kemenangan akan semakin mudah sejauh partainya solid dan tidak terpecah. Akan jauh lebih mudah lagi bagi incumbent untuk menang jika mampu mendapatkan rekomendasi dari partai besar dan solid seperti PDIP dan Demokrat. Kelima, faktor keluarga besar, faktor pertemanan, serta berbagai relasi sosial lainnya.

Perubahan dinamika politik yang merobah peta kekuatan mulai terlihat dan terasa ketika partai-partai politik mulai membuka Pendaftaran Bakal Calon Bupati dan Wakil Bupati Halut 2020. Sekedar contoh di PDI Perjuangan terjadi “banjir” peminat yang mengambil forumulir sebagai bakal calon Bupati dan Wakil Bupati. Saat tulisan ini diturunkan, ada kurang lebih delapan orang mendaftar sebagai Bakal Calon Bupati dan ada kurang lebih enam orang mendaftar sebagai Bakal Calon Wakil Bupati. Belum pernah terjadi pada event Pilkada sebelumnya jumlah peminat yang begitu banyak. Dalam observasi Penulis, mereka-mereka yang mendaftar ini dapat dibedakan atas tiga type berdasarkan motivasi atau tujuan yang mau dicapai melalui proses pendaftaran ini. Pertama adalah mereka yang memang serius ingin bertarung dan memenangkan Pilkada Halut 2020. Orang-orang seperti ini memiliki kesiapan baik berupa konsep visi.misi, program untuk membangun daerah ini, maupun kekuatan finansial yang mampu menghantar mereka pada kemenangan Pilkada. Type orang-orang semacam ini tidak akan berpikir dua tiga kali apalagi bersifat pelit bila ada cost politik tertentu yang harus dikeluarkan untuk memenangkan pertarungan. Alasannya sederhana, karena mereka ingin menang dan memimpin daerah ini dengan konsep pembangunan yang jelas. Kedua, adalah mereka yang maju ke ajang Pilkada bukan dengan tujuan utama untuk menang tetapi untuk mencari popularitas dan memperkuat nilai tawar menawar secara politik bagi dirinya sendiri. Mereka hanya ingin dikenal dan diketahui oleh publik sebagai bakal /calon bupati atau wakil bupati. Status ini akan memudahkan mereka mendapatkan posisi di partai-partai politik yang ada baik sebagai pengurus maupun misalnya sebagai Calon Anggota Legislatif di kemudian hari. Ketiga adalah mereka yang maju bukan dengan tujuan untuk menang tetapi untuk menghambat dan memperkecil peluang kemenangan dari pasangan calon kepala daerah tertentu yang tidak disukainya, biasanya terhadap incumbent.  Bagi kelompok seperti ini menang bukan tujuan, yang penting incumbent kalah. Atau yang penting pasangan calon tertentu tidak boleh menjadi kepala daerah di kabupaten ini.

Selaku seorang Pemerhati di daerah ini Penulis membaca dengan jelas bahwa dua type terakhir bakal calon yang mendaftar untuk Pilkada Halut 2020, masih cukup menonjol. Apa dampak dari begitu banyaknya bakal calon yang berkeinginan untuk maju bertarung di Pilkada ini? Apakah akan menguntungkan karena memperkuat posisi incumbent atau sebaliknya akan merugikan karena memperlemah posisi incumbent? Suatu kesimpulan singkat dari catatan sederhana ini adalah: Ketika mereka menyatakan diri untuk maju mencalonkan diri sebagai bakal calon bupati atau wakil bupati Halut 2020, maka jelas pula bahwa mereka tidak bersama incumbent dan secara politik mengambil posisi melawan incumbent Bupati Halut Frans Manery.

(Penulis adalahWakil Ketua Bidang Politik MUKI (Majelis Umat Kristem Indonesia) Propinsi Maluku Utara)

Simak catatan politik edisi berikut:

JALAN TERBAIK JIKA INCUMBENT INGIN MENANG.

By admin