Sebanyak 300 Jemaat yang terdiri dari 100 kepala keluarga (Termasuk Ibu Janda dan Pemuda, Remaja serta Sekolah Minggu) warga Gereja Baptis Jemaat Leleoto Kec Tobelo Selatan Halmahera Utara menyatakan kesiapan untuk beribadah di luar gedung gereja milik mereka yang sudah dibangun dengan biaya lebih 1 milyar dan selama satu tahun ini mereka gunakan.
Keputusan tersebut diambil melalui rapat Badan Pekerja Gereja, Diaken dan Diakonis serta Tua tua jemaat dan jemaat Gereja Baptis Jem Elshaday Leleoto pada Minggu (11/1) sore.
Hal tersebut dibenarkan Oleh Diaken Yurnimus Tahulending bersama Tua tua jemaat dan sejumlah Badan Pengurus Gereja Baptis Jemaat Elshaday Leleoto kepada wartawan Syallomnnes Minggu malam setelah rapat tersebut.
Menurut Wakil Ketua Badan Pengurus Gereja Baptis Jemaat Elshaday Leleoto, Diaken Yurnimus Tahulending , sikap ini sudah disepakati bersama seluruh jemaat menyusul ketidak puasaan mereka atas kebijakan Ketua Umum dan Sekretaris Umum KGBI yang memberhentikan Pimpinan jemaat mereka sebagai Pekerja Gereja. Termasuk paksaan Pengurus Pusat KGBI yang menghendaki mereka harus tunduk dan dilayani oleh Ketua wilayah Pdt Wilson Modole.
“Jika mereka adalah pimpinan Gereja yang bertanggung jawab, semestinya mereka hadir dalam dua kali panggilan sidang di PN Tobelo. SK pemberhentian itu khan mereka berdua yang tandatangan. Masa mereka mau lepas tanggung jawab dan biarkan Ketua dan sekretaris wilayah yang hadiri sidang. Sekalipun mereka beralasan Covid dan jarak yang jauh, tapi alasan itu sangat mengecewakan kami. Menurut kami, mereka adalah tipe pemimpin yang tidak memiliki hati gembala. Apalagi mereka mau paksakan kami untuk dilayani oleh Pdt Wilson Modolw yang nyata nyata kami semua tidak senang” katanya.
Diaken Yurnimus melanjutkan “Justeru mereka harus menghadiri panggilan sidang dari pengadilan ini sebab ini agenda mediasi. Siapa tahu ada titik temu, tapi nyatanya mereka berdua ingkar dengan hanya mengirim sepucuk surat ke hakim. Itu hak mereka, tapi sayang sekali Ketua Umum dan Sekretaris Umum KGBI itu tidak memikirkan nasib kami 300an jiwa. Karena itu sangat wajar jika kami sudah tidak pervaya lagi dengan kepemimpinan gereja seperti itu”
Saat ditanya tentang mengapa mereka harus memilih untuk sementara beribadah di luar Gedung gereja padahal bangunan itu adalah hasil jerih lelah jemaat sampai ditahbiskann tahun lalu, Wakil ketua BPG Ekshaday ini menjelaskan.
“Benar, bangunan Gedung gereja itu bisa berdiri karena jerih lelah kami jemaat dan bukan uang bantuan Pengurus Pusat atau Pengurus wilayah. Itu murni hasil jerih lelah kami. Tapi demi mencegah terjadinya hal hal yang tidak diinginkan seperti benturan fisik antar jemaat maka kami mengalah untuk sementar. Walaupun jumlah kami jauh lebih besar dibanding kelompok mereka”.
“Kita tunggu saja hasil putusan Pengadilan. Jika Pengadilan menolak gugatan kami, maka tentu kami tidak hanya sebatas beribadah di luar gedung gereja saja seperti ini. Tapi kami komitmen akan keluar dari organisasi KGBI. Dan bergabung dengan organisasi gereja lain”
Jika benar hal itu terjadi pasca putusan Pengadilan, Ia juga memastikan jika kepindahan mereka nantinya ke organisasi gereja lain juga akan diikuti oleh keluarga mereka warga Gereja Baptis di beberapa tempat di Maluku Utara.
“Kami akan tunjukan bahwa tindakan pemberhentian terhadap Gembala kami ini sebagaai pekerja Gereja, bukan saja akan mendapat pertentangan dari 300an jemaat Elshaday Leleoto. Tapi saudara saudara dan keluarga kami juga bersimpati dengan kami” katanya penuh keyakinan.
Hal senada diungkapkan oleh sekretaris BPG Gereja Baptis Elshaday Leleoto Diaken Stevanus Pandembera di kesempatan yang sama kepada Syallomnews.
“Mengapa kami mengambil jalan seperti ini. Karena lewat surat penegasan Pengurus Pusat KGBI yang dikirim, kami Jemaat yang setia dengan kepemimpinan Pdt Ferdy Manuel dipaksa untuk bergabung dan mau dilayani oleh Ketua Wilayah Pdt Wilson Modole. Padahal hampir semua jemaat kami sudah tidak senang dengannya dan tidak mau mendapatkan pelayanan dari yang bersangkutan. Mestinya yang bersangkutan harus tahu dirilah kalau orang sudah tidak mau dilayani. Jangan jemaat kami dipaksakan. Ini urusan hati nurani dan soal iman masing masing orang. Selain itu mereka mau mengganti Diaken dan diakonis yang sudah terpilih dalam Rapat jemaat Oktober 2019 lalu. Dan lebih parah lagi, mereka mau semua persembahan dikelola oleh bendahara yang mereka tunjuk. Jelas kami menolak” katanya
Ia melanjutkan, “Lebih baik kami beribadah di luar gedung gereja daripada kami dilayani oleh Pdt Wilson Modole dan bergabung kembali dengan jemaat kelompok mereka. Tapi sementara ini kami masih tetap di organisasi KGBI sampai menunggu putusan Pengadilan”
Egbert Hoata SH, kuasa Hukum Jemaat Gereja Baptis Elshaday Leleoto yang diminta tanggapan soal rencana ini mengungkapkan
“Mereka datang ke saya sekitar Bulan juli lalu. Ada waktu 5 bulan saya belum mau membawa persoalan ini ke ranah hukum. Masa, kita ini orang orang terang kog minta penyelesaian masalah ke orang dunia ? Saya coba lakukan pendekatan lewat Sekretaris wilayah KGBI Malut supaya bisa dipertemukan dengan petinggi KGBI agar masalah ini diselesaikan menurut cara cara Alkitab. Tapi sayang, upaya saya itu tidak ditanggapi baik, Ahirnya keadaan bisa jadi seperti ini. Ini pilihan jemaat yang memang sudah tidak mau dipimpin oleh Hamba Tuhan yang menurut mereka, bukan pemimpin berhati gembala. Jadi kami sebagai Kuasa Hukum, yah ikut saja maunya 300 an jemaat itu”
Saat wartawan menanyakan tentang organisasi gereja mana yang nantinya akan jadi tempat berlabuh jemaat Elshaday Leloto ini, Egbert Hoata mengatakan “Saya belum tahu pasti tapi dengar dengar ada banyak pimpinan Organisasi gereja yang sudah membangun komunikasi dengan mereka. Mudah mudahan ada yang siap membangunkan Gedung Gereja baru buat tempat 300an jemaat ini untuk beribadah nantinya. Saya yakin, dengan 300 an jemaat seperti sekarang ini, pasti ada organisasi gereja yang siap menampung mereka dan mebangunkan gedung gereja baru buat mereka ini”
Egbert melanjutkan, “Jika saya diminta saran maka saya lebih mendorong mereka bergabung dengan Sinode gereja baru saja yang pemimpinnya bisa mengasihi domba dombanya. Daripada mereka seperti ini. Kasihan sudah lebih setahun suasana ibadah mereka tidak nyaman”
Sementara itu Ketua wilayah KGBI Maluku Utara Pdt Wilson Modole yang diminta pendapatnya lewat pesan pendek, Sabtu (7/1) terhadap rencana jemaat Elshaday ini, sampai berita ini diturunkan belum memberikan tanggapannya (kju9)