Spread the love

Beliau punya kebun dirampas oleh 4 saudaranya lewat kemenangan mereka di putusan pengadilan dengan menggunakan “kehebatan dan kelicikan pengacara”. Sang pengacara dengan strategi busuknya membuat sejumlah surat palsu. Ia mengiming iming dengan uang kepada kepala desa untuk merubah surat asli. Sayangnya Hakim mempercayai itu semua. Saat selesai putusan kepada 4 saudaranya itu dan pengacara mereka, bapak ini berkata :”Kalian boleh menang karena pakai pengacara karena kalian ada uang. Tapi ingat, Tuhan saya tidak buta”. Katanya dengan berlinang airmata.

Tanah miliknya yang bpuluhan tahun ia olah dan kuasai akhirnya dengan terpaksa ia serahkan. Bapak ini tak mau lakukan upaya banding karena sepertinya ia tak percaya sama sekali dengan proses persidangan di negara ini. Yang bisa ia lakukan hanya berdoa setiap malam. Menyerahkan masalahnya pada Tuhan. Nama hakim disebut dalam doanya bersama isteri. Nama saudara saudaranya juga ia sebutkan. Tak ketingalan ia selalu menyebut nama pengacara yang mengajar saudaranya membuat surat palsu dalam doanya setiap malam.

.Dalam jangka waktu tidak lebih 3 tahun, 4 saudaranya itu meninggal dunia karena sakit parah dan kecelakaan tabrakan maut. Sementara pengacara yang membela mereka, sampai hari ini kedua anaknya keluar masuk rumah sakit untuk berobat dan selalu dirujuk ke eumah sakit kota lain. Uangnya yang ia dapatkan dari hasil menangani perkara itu dan hartanya mulai ludes tak tersisa karena ia harus bolak balik mengurus pengobatan kedua anaknya di luar kota.

Salah satu hakim yang memeriksa perkara itu alami sakit berkepanjangan walau sudah berobat dimana mana. Bahkan ia tak bisa lagi menjalankan tugas tugasnya.

Kepala desa yang membuat surat palsu itu, dua tahun setelah putusan, anak sulungnya mati bunuh diri.

Kisah nyata ini diceritakan sang bapak kepada kami LBH Rakyat Halut sebagai bukti kalau ada masyarakat miskin yang diperlakukan tidak adil dan mereka tidak punya uang untuk membela hak mereka, lalu mereka mengeluarkan air mata dan berseru pada Tuhan, maka siap siaplah para penegak hukum dan pihak yang terlibat untuk menerima “teguran dan hukuman” dari Tuhan yang sangat menyakitkan.

Mata Tuhan tidak buta melihat nasib para pencari keadilan yang miskin. Telinga Tuhan tak tuli untuk mendengar doa doa orang kecil yang diperlakukan tidak adil oleh para Hakim, Polisi, jaksa dan pengacara.

Semoga dengan membaca kisah nyata ini akan membuat para Aparat Penegak Hukum (Hakim, Polisi, Jaksa, Pengacara) menjadi takut untuk melakukan ketidak adilan, memperjual belikan keadilan. Apa yang ditabur hari ini, akan itu pula yang dituai entah oleh kita sendiri atau jangan jangan anak anak atau cucu kita nanti yang akan menuai akibat kejahatan kita hari ini memperjual belikan keadilan.

Untuk apa anda meraih keberhasilan, menang dalam perkara dan dapat uang dengan cara jahat. kalau nantinya anak anak atau cucu anda yang hidup beberapa tahun mendatang yang aka menuai segala kejahatan anda hari ini.

Bertobatlah !!! Hukum tabur tuai pasti akan terjadi.

By Admin