Pekan Keatif Sekolah Manggala Perkasa Diwarnai Antusias Siswa-siswi, Yani Arimbi S.Th “Generasi-generasi Yusuf”

Pekan kreatif siswa siswi manggala perkasa berjalan dengan sangat meriah, acara puncak yang di adakan pada Rabu (03/05/23) Dibuka dengan Doa oleh salah satu siswi Sekolah dasar manggala perkasa dan dilanjutkan dengan sambutan oleh Ketua Yayasan Maria Van Deyken Soenpiet Yani Arimbi S.Th, Dalam Sambutannya Yani Arimbi S.Th selaku ketua yayasan mengungkapkan rasa terima kasihnya kepada semua pihak” saya mengucapkan Terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung dan semua kebersamaan yang indah pada sore hari ini” ucap Ketua yayasan maria van deyken soenpiet

Pekan kreatif sekolah manggala perkasa di adakan dalam rangka menyambut hari pendidikan nasional, di manggala perkasa sendiri terdapat Taman Kanak-kanak dan juga Playgroup, Sekolah dasar manggala perkasa, SMP Manggala perkasa, dan SMK Pariwisata Manggala alam Acara puncak pekan kreatif pada rabu (03/05/23) setiap kelas yang berada di sekolah manggala perkasa menyuguhkan beragam kreatifitas yang telah dibuat, Mulai dari Kerajinan menggunakan Palstik, dan juga Stick, Memasak beragam makanan khas, dan juga seni menggambar, yang diantaranya terdapat gambar Presiden Indonesia Ir. Joko widodo, ada gambar steward soenpiet selaku Pendiri yayasan maria van deyken soenpiet dan juga foto the founding father Indonesia yaitu Bung karno dan beragam kreatifitas tersebut di gambar langsung oleh salah seorang siswa SMP Manggala Perkasa

Pekan kreatif Sekolah Manggala tidak hanya memuat berbagai pajangan karya seni tetapi juga di jual dalam bazzar yang dibuat oleh setiap masing-masing kelas seperti menjual makanan khas daerah, lukisan, dan juga kerajinan yang dibuat langsung oleh anak-anak sekolah manggala perkasa.

Dalam pekan kreatif kemarin terlihat antusiasme dari para orangtua murid yang mengenakan baju adat dari tiap daerah, selain orangtua murid para gurupun tidak kalah menarik dengan mengenakan baju adat kebanggan mereka. Acara puncak pada hari kemarin juga disugukan fashion show dari anak-anak sekolah dasar manggala perkasa yang berlenggak-lenggok dengan sangat menarik dengan gaya mereka masing- masing, terlihat para peserta fashion show ada yang mengenakan baju dari berbagai profesi, baju adat, dress, dan juga kemeja yang terlihat fashionable

pekan kreatif pada rabu (03/05/23) tersebut kemudian ditutup dengan pemberian hadiah kepada tiap-tiap Juara dari berbagai mata lomba yang telah di adakan selama sepekan yaitu lomba Spellling, Matematika, dan juga fashion show yang telah dibagi menjadi beberapa kelompok. Pemberian Hadiah yang pertama diserahkan oleh ketua Yayasan Maria Van Deyken Soenpiet Yani Arimbi Soenpiet , dan kemudian dilanjutkan oleh Steward Soenpiet S.Th selaku Pendiri Yayasan Maria Van Deyken Soenpiet.

Masyarakat Dua Desa di Halmahera Timur Blokade Aktivitas Pertambangan PT.IWIP dan PT.WBN

RATUSAN Masyarakat Adat Suku Togutil Habeba, Hoana Wangaeke Minamin Saolat melakukan aksi pemalangan aktivitas pertambangan PT Weda Bay Nikel dan PT IWIP di kawasan Hutan adat Moleo Ma Bohuku (Tofu), Kabupaten Halmahera Timur, Provinsi Maluku.

Aksi blokade dilakukan oleh masyarakat adat keturunan suku Togutil Habeba yang berada di dua Desa yakni Desa Saolat dan Desa Minamin sejak senin (26/9/2022).

Aksi ini dimulai dengan ritual adat oleh tetua adat dari kedua desa di pesimpangan jalan pertambangan PT WBN dan PT IWIP, Tofu.

Ritual adat ini berlangsung khusuh, setelah tetua adat dari kedua desa ini mengikrarkan sumpah adat. Sumpah adat dalam bentuk ritual adat ini dilaksanakan dengan membacakan doa adat.

Selanjutnya, tanah yang berada di sekitar masyarakat diambil segenggam barulah dibacakan doa oleh kedua tetua adat Desa. Usai doa, tanah-tanah itu dikumpulkan oleh tetua adat dan dimasukan kedalam “Harangata” yaitu pelepah pinang yang dianyam seperti bentuk mangkuk.

Tanah-tanah tersebut lalu dibungkus menggunakan kain berwarna merah yang nantinya akan ditanam disekitar ruas jalan perusahaan.

Isak tangis pun pecah seketika saat tetua adat membacakan sumpah dan janji dalam prosesi ritual adat. Sejumlah warga menangis histeris sambil merunduk dan mencium tanah. Suasana hening seketika.

Selain ritual adat, aksi ini juga diiringi oleh tarian cakalele. Tarian perang masyarakat adat Maluku, khususnya Halmahera. Tarian ini menambah kemeriahan aksi ini yang diikuti oleh irama music tradisional tifa dan hitadi, sejenis bambu.

Ritual ini berakhir dengan prosesi adat “Bugo”. Ritual Bugo ini merupakan puncak dari aksi ritual adat masyarakat adat dari kedua Desa. Meski demikian mereka mengancam akan terus menduduki ruas jalan perusahaan ini sampai adanya jawaban pasti dari dari Perusahaan maupun Pemerintah Daerah terhadap tuntutan mereka.

Ketua adat Desa Minamin, Paulus Papua usai menggelar ritual adat Bugo menyampaikan tujuan melakukan upacara ritual adat ini untuk mempertahankan tanah adat dari leluhur mereka juga untuk mengembalikan kedaulatan untuk pengelolaan hutan adat ini.

“Selama ini tanpa sepengetahuan kami koorporasi pertambangan sudah mengambil alih kerja sama dengan birokrasi, tanpa izin bahkan tidak melibatkan proses tahapan ini dengan masyarakat adat, sehingga kami datang ke tempat ini untuk melakukan ritual adat,” ujarnya.

Ia menjelaskan keberadaan suku mereka yang tanahnya dan hutannya sudah dirampas oleh koorporasi pertambangan nikel yang beroperasi di hutan adat mereka.

“Wilayah tanah ulayat Para-para dan Minamin telah dirampas oleh PT Weda Bay Nikel dan PT IWIP, dan kehadiran kami di tengah hutan ini di tengah tanah ini yang sudah dilakukan ini adalah untuk memblokade seluruh aktivitas operasi pertambangan yaitu pembukaan jalan dan pengeboran dan eskplorasi,” tegasnya.

Sementara itu, Yustinus Papuling, Ketua Adat Desa Saolat (Para-para) mengatakan sebagai masyarakat adat komunitas Hoana Wangaike Minamen Saolat, mereka sudah cukup berusaha agar tuntutan mereka didengar oleh Pemerintah Daerah bahkan semua pihak terkait, di tingkat daerah Kabupaten hingga tingkat Provinsi itu sudah disampaikan namun selalu diabaikan.

“Lewat kesempatan ini saya memohon kepada petinggi Negara yaitu bapak Presiden Joko Widodo untuk bisa memperhatikan nasib, bisa memperhatikan kehidupan dari masyarakat adat yang mendiami Halmahera terutama Halmahera Timur. Karena seperti yang terlihat, yang saat ini diduduki adalah tanah ulayat dari masyarakat adat Togutil Habeba Hoana Wangaike Minamen Saolat ini itu sudah diambil alih oleh koorporasi pertambangan yang diizinkan oleh birokrasi yang ada di wilayah ini,” pintanya.

Lanjut Yustinus, harapan terbesar masyarakat adat Togutil Habeba Hoana Wangaike Minamen Saolat terletak di Pundak bapak Jokowi. Untuk itu Jokowi selaku Presiden Republik Indonesia bisa mendengar dan bisa mengambil suatu keputusan yang berpihak dan menguntungkan bagi masyarakat adat.

Aksi Pemalangan Jalan Tambang oleh Perempuan Adat Suku Tugutil Habeba Hoana Wangaeke Minamin, Saolat

“Kami berharap wilayah yang kami duduki dan blockade ini merupakan wilayah hutan adat suku Togutil Habeba Hoana Wangaike Minamen Saolat dan suku Togutil yang berada di dalam hutan. Saat ini lokasi ini sudah dikeluarkan izin untuk operasi pertambangan. Kami mohon selamatkanlah suku nomaden di Indonesia ini,” harapnya.

Untuk diketahui, Hari ini (sabtu-red) merupakan hari kelima dari aksi pemalangan dan boikot aktivitas pekerjaan jalan raya tambang dan juga aktivitas eksplorasi dari dua perusahaan tambang nikel PT IWIP dan PT WBN di Halmahera Timur, Maluku Utara.

“Kami akan duduki lokasi ini sampai adanya kepastian dari kedua perusahaan PT WBN dan PT IWIP, soal penyerobotan tanah ulayat leluhur kami,” tegas Nove.

Dalam aksinya masyarakat adat melayangkan beberapa tuntutan kepada kedua perusahaan ini. Mereka melarang aktivitas pembuatan jalan maupu aktivitas pertambangan di wilayah adat mereka.

Aksi ini, masyarakat juga memberikan sanksi adat/denda adat kepada kedua perusahaan karena telah menyerobot lahan dan merampas ruang hidup masyarakat kedua desa maupun masayarakat suku togutil atau tobelo dalam.

“Memberikan sanksi/denda adat kepada kedua perusahaan pertambangan PT IWIP dan PT WBN karena sudah merampas ruang hidup masuk hutan adat kami tanpa sepengetahuan kami dan telah merubah struktur bentangan hutan bahkan menghilangkan bukti peninggalan leluhur kami,” tutur Juliath Pihang Perempuan adat Desa Saolat.

Selain menuntut sanksi kepada kedua perusahaan tambang, masyarakat kedua Desa menegaskan agar tidak lagi pembayaran tali asih Kaplingan di atas tanah ulayat mereka.

“Selama ini perusahaan telah membayar tali asih kepada desa yang tidak sedikitpun memiliki hak atas tanah ulayat di lokasi yang mereka pakai,”kata Juliat.

Kaplingan Lahan

Aksi Blokade oleh ratusan masyarakat adat dua Desa yakni Desa Minamin dan Desa Saolat yang tergabung dalam Masyarakat Adat Suku Togutil Habeba, Hoana Wangaeke Minamin Saolat adalah bentuk protes kepada Pemerintah Daerah Kabupaten serta PT Weda Bay Nikel (WBN) dan PT IWIP.

Kedua perusahaan bersama sub kontraktor mereka telah melakukan aktivitas pembongkaran lahan di lokasi tanah ulayat milik kedua Desa tersebut.

Roy Doongor, salah satu pemuda adat Desa Minamin dalam orasinya mengatakan, perusahaan dan sub kontraktornya berusaha melakukan aktivitas di lokasi kedua Desa. Selain itu lokasi komunitas suku Togutil saat ini menurutnya juga telah diganggu, bahkan dibongkar hutan milik mereka.

Ia bahkan menduga, perusahaan telah melakukan pembayaran lahan-lahan tersebut kepada pihak-pihak lain termasuk kelompok-kelompok yang berasal Desa Wayjoy. Desa ini sendiri merupakan desa tetangga dua Desa yang ada.

“Dari informasi, diduga perusahaan telah melakukan pembayaran dalam “tali asih” atau ganti rugi kepada beberapa kelompok di Desa Wayjoy dan Desa Ekor. Per meternya Rp2500. Ini sangat menyakiti kami selaku pemilik hak ulayat leluhur kami,” tukasnya. “Sejumlah aliran dana ganti rugi telah diserahkan kepada mereka”

Dari situlah, kata Roy alasan masyarakat yang tergabung dalam Masyarakat Adat Suku Togutil Habeba, Hoana Wangaeke Minamin Saolat melakukan aksi blockade aktivitas kedua perusahaan Bersama sub kontraktor mereka di Kawasan Hutan Tofu.

“Kami memberikan waktu untuk kedua perusahaan untuk menjelaskan soal tali asih atau ganti rugi kepada mereka yang bukan punya hak atas lahan ulayat ini. Kami ingin segera clear dan trasparan, siapa sebenarnya mafia-mafia tanah ini,” tegasnya.

Untuk diketahui, akibat blokade ini, aktivitas mega proyek dari dua perusahaan nikel ini lumpuh sampai hari ini. Perusahaan sampai saat ini belum memberikan penjelasan soal aktivitas dan juga dugaan penyerobotan yang di lakukan di atas tanah ulayat milik masyarakat adat Para-para (Saolat).

SIDANG MPW PGIW MALUKU UTARA DIMULAI, 5 PENDETA MENGUAT CALON PENGGANTI PDT ANTON PIGA

(TOBELO-SN) Pada selasa 21 juni 2022 diselenggarakan pembukaan sidang Majelis Pekerja Wilayah Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia Maluku Utara (PGIW) di Hotel Kita Wosia Tobelo Tengah. Sidang Persekutuan Gereja-gereja Di Indonesia Wilaya Maluku Utara (PGIW) Tahun ini resmi di Buka oleh Gubernur Maluku Utara, yang diwakili oleh Andreas Thomas S.Pd, Staf Ahli Gubernur Maluku Utara. Dan dalam acara pembukaan sidang PGIW dia awali dengan ibadah yang di pimpin oleh Pdt. Adriana Baura M.Th dengan Tema “Aku adalah yang awal dan yang ahir”. Sub Tema Bersama Seluruh Bangsa. Gereja memperkuat solidaritas kebangsaan dalam moderasi beragama pancasila” (more…)

7 Maret Doa serentak di 400 Kota untuk Kedamaian Indonesia, termasuk di Tobelo

Persekutuan Doa My Home

(SN-TOBELO) Jaringan Doa Nasional, My Home Indonesia, Transform Connection Indonesia bersama aras Gereja nasional telah menyepakati untuk menyelenggarakan Momentum Doa bersama untuk kesatuan umat secara serentak di 400 kota se Indonesia pada tanggal 7 Maret 2019. Kegiatan yang diperkirakan akan diikuti ratusan ribu pendoa umat Kristen se Indonesia ini bertujuan agar di Indonesia tercipta kedamaian, keamanan dan ketertiban di tengah tengah masyarakat dan bangsa menghadapi Pemilu 2019 dan sejumlah bencana yang terjadi ahir ahir ini. (more…)