Pekarangan Rumah anggota DPRD Halut Desa MKCM tempat Kejadian
Spread the love

(SN-TOBELO) Nasib naas dialami oleh William Ngingi, anak dari Pengawas Lembaga Bantuan Hukum Rakyat Halut, Fredy Ngingi. Selasa (11/4) menjelang subuh diduga ia dianiaya oleh sekelompok massa di pekarangan rumah salah satu anggota DPRD Halmahera utara Desa MKCM Tobelo.
William yang sudah sekitar 3 tahun ini mengalami sakit Sizofrenia ( kejiwaan ) mengalami nasib tragis, dipukul hingga sekarat. Saat ini ia masih berada di IGD RSUD Tobelo dengan penanganan sangat intensif. Diduga ia mengalami keretakan dibagian tengkorak kepala bagian belakang. Bahkan jam 20 30 wit malam ini, ia muntah dengan darah yang cukup banyak. Diduga ia dipukul dengan benda keras dalam kejadian ini.

Kondisi William tak sadarkan diri setelah mengalami Penganiayaan

Sore tadi pengacara dan pengurus lengkap LBH Rakyat Halut setelah membuat laporan Polisi di SPKT Polres Halut langsung menuju Lokasi kejadian di rumah Lambert Kilian, aggota DPRD Halut desa MKCM Tobelo.
Menurut Lambert memang benar jika malam itu ada kejadian penganiyaan terhadap seseorang yang tidak dikenalnya. Saat itu ia sudah tertidur.
Tapi menurut keterangan orang yang ada di situ ada
dugaan seseorang yang akan masuk kerumahnya dan itu diketahui oleh masyarakat MKCM di sekitar
rumahnya. Kemudian ia dipukul beramai ramai dari pekarangan rumahnya sampai ke depan jalanan.
“Saya terbangun ada dengar ribut ribut di pekarangan rumah saya ternyata ada orang yang diduga mencuri di rumah saya dan dipukul oleh massa saat itu” kata Lambert kepada Pengacara LBH Rakyat Halut dan Syallomnews.

Ayah korban, Fredy Ngingi bersama Pengacara LBH Rakyat Halut saat menjenguk korban yang tidak sadarkan diri

Ayah William yang adalah pengawas LBH Rakyat Halut Fredy Ngingi membantah jika anaknya mau melakukan pencurian.
“Anak saya ini sudah 3 tahun mengalami sakit . Kebiasaan anak ini dia tidak bisa diam. Selalu jalan saja kemana kakinya melangkah. Nanti sudah capek baru ia tertidur dengan sendirinya. Bahkan kadang kadang ia keluar rumah dini hari jalan ke mana saja, sudah capek baru ia pulang tidur” katanya.
Menurutnya, selama 3 tahun ini kebiasaan seperti itu saat William tinggal di Kao, tidak pernah terjadi apapun dengannya. Sebab orang sudah tahu walau ia berjalan pe pekarang rumah orang malam hari, ia bukan bermaksud mencuri. Sebab ia memang mengalami sakit.”
Sebagai orangtua, ia sangat menyesalkan kejadian pemukulan itu terjadi di pekarangan rumah anggota DPRD Halut yang juga ketua salah satu partai politik.
“Saat ia terbangun, mestinya anggota dewan itu sebagai tokoh masyarakat MKCM bertindak menghentikan aksi main hakim sendiri itu. Akibatnya anak saya dipukul sampai sekarat. Bahkan saat saya lihat di rumah sakit, ada bekas sulutan rokok dibagian belakang tubuh anak saya yang sedang sakit ini” kata Fredy.

Bagian belakang tubuh korban bekas sulutan rokok

Menurutnya perbuatan masyarakat terhadap anaknya itu sudah masuk kategori biadab dan tidak berkeprimanusiaan. Malah kejadian penganiyaan ini, disiarkan di Media sosial Facebook oleh akun Nano nano.
“Anak saya bukan pencuri. Wiliam kerja di Weda Bay Nickel 2 tahun harus resign karna sakit sizofrenia ( kejiwaan) setelah pengobatan dia dalam proses penyembuhan. Dan saat ini tinggal di Tobelo baru 2 Minggu belum hafal nama desa bahkan jalan. Menurut dokter ahli jiwa maupun psikiater dia harus enjoi tidak boleh mendapat tekanan dan perlu hiburan. Tapi dengan kejadian ini buyar lagi semuanya. Ada rekam medisnya soal penyakitnya itu. Jadi jangan sebar hoaks di medsos seperti itu. Besok kami akan lapor UU ITE terhadap pemilik akun Nano Nano itu”.
Ia berharap Polisi segera bertindak cepat sebab keluarga besarnya yang ada di Kao tidak menerima perbuatan tak berkeprimanusiaan terhadap anaknya.


“Tadi barusan ini keluarga besar saya di Kao sudah menelpon dan mereka dalam satu mempertanyakan keseriusan Polres Halut menangani kasus ini” katanya.
Lebih lanjut Fredy katakan anaknya setelah dalam proses penyembuhan, selalu bergerak terus dan harus berjalan kesana kemari. Bahkan malam sampai subuh ia bisa berjalan ke sana kemari. Tapi untuk nakal tidak pernah ada dipikirannya paling minta rokok dan bakar rokok.
Sekretaris LBH Rakyat Halut, Abraham Nikijuluw SH Mengutuk keras perbuatan biadab dari sekelompok masyarakat desa MKCM yang melakukan penganiyaan terhadap anak dari pengawas LBH Rakyat Halut.
“Perbuatan mereka sudah terlalu biadab, kami mengutuk keras perbuatan itu. Orang yang sedang sakit kog bisa dianiaya seperti itu. Harusnya Polisi bertindak cepat tangani kasus ini. Tadi team LBH sudah menggali sejumlah fakta dan menemui sejumlah warga MKCM. Ada nama nama yang sudah kami kasih ke Polisi. Kami tunggu langkah lanjutan dari mereka” katanya.


Selasa sore, Orangtua korban, Pengacara LBH Rakyat Halut dan Syallomnews menemui KBO Satreskrim Polres Halut IPDA Yakub Biyagi Panjaitan S.Tr.K untuk meminta penanganan cepat.
Penjelasan dari Perwira Polisi ini Satreskrim akan serius dan profesional menangani kasus ini.
“Kita akan panggil saksi saksi untuk diminta keterangan. Setelah itu akan ada langkah sesuai prosedur yang kami lakukan. Jika sudah ada 2 alat bukti yang cukup pasti kami tingkatkan statusnya kasus ini” katanya.

Sekretaris LBh Rakyat Halut, Abraham Nikijuluw SH setelah membuat laporan polisi di SPKT Polres Halut Selasa sore

Sementara Berthy Timisela SH, kepala Divisi Penanganan litigasi LBH Rakyat Halut mengatakan kasus ini menjadi perhatian serius dari lembaganya.
“Kami benar benar kawal kasus ini. Besok (Rabu) kami akan terus cari tahu perkembangan hasil visum dan pemanggilan saksi saksi. Jika sudah ada 2 alat bukti yang cukup, kami harap ada penahanan segera para pelaku. Jangan sampai mereka kemudian melarikan diri”.
Ia katakan, LBH Rakyat Halut sudah trauma dengan adanya kasus tertentu seperti kasus penganiyaan Amos Ansiga warga desa Gamhoku, yang pelakunya “Unta” tidak ditahan, kemudian melarikan diri 2 tahun dan saat ia kembali, korban melapor lalu pelaku yang pernah DPO itu ditahan sebentar lalu permintaan penangguhan penahanya disetujui dan kasusnya dimulai dari nol lagi.
“Kami tidak ingin kasus penganiyaan anak pengawas LBH Rakyat Halut ini jadi sama dengan kasus penganiyaan Amos Ansiga. Kami sudah trauma. Karena itu kasus ini kami kawal habis habisan termasuk lewat media massa” kata Berthy.(yol10)

By admin