(TOBELO – SN) Pdt Herson Panggilawang, Pendeta Gereja Allah Peduli Indonesia (GAPI) Kusuri Kec Tobelo barat hari ini menghadap penyidik Polres Halmahera utara untuk diambil keterangan terkait dengan penganiyaan yang dialaminya hari Sabtu (7/9) Siang di kantor desa persiapan Mahuri – Kusuri Kedc kao barat.
Pendeta Herson didampingi ketua 1 Majelis daerah Gereja GAPI Maluku utara, Pdt Sefnat Pawate juga 3 orang penasehat hukumnya dari lembaga bantuan Hukum Rakyat Halmahera utara, Yolfin Arunde SH, Bartholomeus Londo SH dan Egbert Hoata SH.

Pdt Hesron Panggilawang (Tengah) didampingi oleh Pengacara LBH Rakyat Halut Bartholomeus Londo SH (Kiri) danb Yolfin Arunde SH (Kanan) setelah pemeriksaan siang ini
Kurang lebih 2 jam, ia dimintai keterangan seputar kejadian yang dialaminya di ruang penyidik Polres Halmahera utara.
Kepada penyidik, Pdt Herson memberikan keterangan bahwa tanah bersertifikat atas namanya selama ini selalu ia ijinkan masyarakat sekitar untuk dilalui selama tidak merusakan tanaman pala dan kelapa yang ada dalam lokasi itu. Tetapi ada sejumlah masyarakat yang lewat dengan menggunakan kendaraan roda tiga Viar yang menyebabkan sejumlah tanaman pala miliknya rusak.
Ia lalu mengambil keputusan untuk menutup jalur jalan itu dan hanya mengijinkan masyarakat melewati kebunnya dengan berjalan kaki saja.

Sayangnya, sejumlah masyarakt tidak terima dengan tindakannya dan diambil langkah penyelesaian di kantor desa persiapan Mahuri – Kusuri. Dalam pertemuan Sabtu (7/9) di kantor desa itu, Pdt Herson malah mengalami penganiyaan dan pengeroyokan oleh sekitar 11 orang yang menyebabkan sekujur tubuhnya serta mukanya berdarah darah. Akibat pukulan yang tertubi tubi dari massa itu, kelopak matanya bengkak dan menyebabkan penglihatannya terganggu hingga saat ini.
Anehnya, kepala Desa persiapan Mahuri, kepala Dusun dan Babinsa Desa Kusuri yang ada di meja pimpinan pertemuan itu tidak melakukan pembelaan kepada hamba Tuhan ini dan membiarkan ia menjadi sasaran amuk massa. Pakaiannya penuh berdarah dan sampai sobek akibat banyaknya pukulan yang dilakukan oleh mereka.

“Saya sudah beri keterangan lengkap mengenai kejadian itu dan saya harap ada tindakan hukum kepada para pelaku” katanya singkat di depan ruang pemeriksaan siang ini.
“Sebagai seorang pendeta saya sudah melepaskan pengampunan pada mereka itu. Tapi proses hokum harus jalan supaya ada efek jera bagi masyarakat sehingga tidak seenaknya melakukan kekerasan pada orang lain di masa mendatang” katanya lanjut.

Yolfin Arunde SH, pengurus LBH Rakyat Halut sampaikan rasa terima kasihnya kepada Polres Halut yang sangat cepat dan tanggap menindaklanjuti laporan Pendeta ini.
“Terima kasih pak Kapolres Halut sudah memberi atensi kasus ini sampai sudah ada di tahap ini. Biar bagaimanapun juga Pak Herson adalah tokoh agama yang punya jemaat dan sangat dihormati. Kalau ia diperlakukan begitu khan pasti jemaatnya tidak terima. Jadi kasus ini harus menjadi perhatian serius dari penyidik Polres Halut supaya ke depannya tidak terulang lagi kejadian pengeroyokan terhadap tokoh agama di Halmahera utara ini” kata Yolfin.

Juru bicara LBH Rakyat Halut, Bartholomeus Londo SH menimpali “Kami sangat sesalkan Pak Pendeta dikeroyok sebelas orang di depan mata pejabat kepala desa, kepala dusun dan Babinsa. Harusnya mereka sebagai pemerintah melerai bukan melakukan pembiaran terjadinya tindakan pidana itu. Jadi tadi kami sudah melaporkan Babinsa itu ke SubdenPOM Tobelo. Besok kami akan mengadukan kejadian ini ke Dandim sebagai atasan Babinsa itu. Kemudian kami akan ke Kepala Dinas Pemdes Halut untuk meminta meminjau penunjukan pejabat kepala desa Mahuri itu. Kami LBH Rakyat Halut sangat sesalkan kejadian ini jadi harus diambil tindakan pada mereka mereka yang diduga melakukan pembiaran ini” katanya singkat (kxs5)