WNA Asal Jerman yang mengunjungi Hutan Tabaru Halbar

Halmahera Barat – Puluhan Warga Negara Asing asal Jerman yang sempat dikabarkan  hilang saat melakukan ekspedisi di Hutan Halmahera, (16/11 2022) lalu kini kembali melakukan kegiatan yang sama di Hutan Kec.Tabaru Halmahera Barat Jumat 27/10/2023.
Kabar hilangnya rombongan WNA asal jerman ini sempat menghebohkan tim Basarnas Maluku Utara laporan soal hilangnya para WNA itu bermula saat korban memancarkan sinyal distress pada pukul 12.49 WIT, Rabu (16/11, 2002) silam.

Saat di temui wartawan di Villa Gaba pada kunjungan pertama Mr.Michael sebagai manager Tour Agent menjelaskan bahwa semua pengunjung memegang visa Tourist, anehnya expedisi orang asing membawa alat tangkap reptil, kantong dan kotak keranjang yang diduga digunakan sebagai tempat penyimpanan satwa, selain itu kegiatan ini tidak diketahui oleh pihak Pemerintah Daerah dalam hal ini KPH Kehutanan maupun Dinas Pariwisata.

“Belum ada yang datang melapor ke kami, seharusnya mereka yang memanfaatkan hutan wajib meminta ijin pada Kesatuan Pengelola Hutan (KPH) agar segala kegiatan apapun perlu memperhatikan kelestarian”. Ungkap Baerudin kepala KPH melalui telpon seluler, Sabtu (28/10/2023) selain itu ia menjelaskan bahwa status hutan disekitar Talaga Peke adalah HPK atau Hutan yang dapat dikonservasi.

Senada dengan Baerudin Kadis Pariwisata Halmahera Barat Fenny Kiat juga menjelaskan “belum ada laporan sama sekali, padahal kami sangat butuh laporan pengunjung untuk menghitung berapa angka kunjungan wisatawan asing di halmahera barat setiap tahun. Kami belum terima laporan sama sekali” ungkap Fenny melalui WatsApp. Sabtu 28/10/2023.

Proses pengambilan film Dokumenter di sungai Wailamoko

Rombongan wisatawan yang berkunjung melalui Agent Tour Jerman Wandermut ini mematok harga sebesar 3.892 euro per orang atau kurang lebih setara dengan Rp.62.272’000 seperti yang ada dalam situs resminya. Mereka bekerja sama dengan CV.Minahasa Adventure yang diduga pernah di blacklist oleh kepala Taman Nasional Wartabone Gorontalo. “Dorang itu pernah dapa black List maso ke TN Wartabone lantaran pernah bikin masalah deng torang pe pimpinan” ungkap Ardin Mokodompit salah satu pemandu lokal di TN Wartabone.

Awal kunjungan rombongan ini ke Halmahera yaitu dengan menggubungi pemandu lokal asal kec.Ibu.
” Mereka temukan atraksi wisata jungle trekking melalui situs blogg saya www.halmaherajungletrekking.blogspot.com, kemudian tertarik untuk berkunjung dan minta tour itinirary ke saya, selain itu saya juga diminta untuk meyediakan alat transportasi yang akan digunakan selama tour, karena tidak ada mobil bus yang disewakan akhirnya saya menghubungi pihak pemda Halmahera Utara untuk pinjam mobil eksekutif Hiace, permintaan itu di terima dengan cara pihak CV.Minahasa Adventure membuat surat resmi. Namun saat rombongan tiba saya jadi ragu karena dalam rombongan itu ada 4 orang porter yang dibawa dari Tomohon sehingga saya tidak setuju, yang harus dipakai itu orang lokal”. Ungkap Alex pemandu lokal yang aktif mempromosikan potensi wisata daerah. Sabtu 28/10/2023

Penangkapan ular jenis Boa oleh salah satu team asal Tomohon kemufian diserahkan kepada wisatawan asing

Lebih lanjut Alex menjelaskan bahwa dalam rombongan itu ada dua orang yang bertindak sebagai juru kamera pembuatan film dokumenter dan dua orang bertugas untuk menangkap hewan reptil.

” Hutan sekitar Talaga peke, Tongapaso,Wailamoko dan Kaleru itu areal berburu bagi kami suku Tabaru dari desa Sangajinyeku, ibu saya marga Sabana dari Sangajinyeku, pada usia belasan tahun saya dengan ayah saya sering masuk ke hutan ini dan sering ingatkan agar saya tidak menyakiti satwa ular. Jadi ketika saya lihat prilaku beberapa orang dalam rombongan ini memperlakukan satwa seperti itu saya tidak setuju dan sempat tegur mereka untuk dilepaskan tapi teguran saya tidak diterima kemudian mereka datang lagi secara diam diam dan masuk lagi kehutan tanpa sepengetahuan saudara saudara saya di Sangajinyeku” Tandas Alex.

Di tempat yang berbeda ketika digubungi wartawan Camat Ibu Utara Yansen Momole,S.Pd, M.Pd juga menjelaskan bahwa kegiatan rombongan WNA ini tanpa sepengetahuan pemerintah kecamatan.
“Saya akan perintahkan Satpol PP untuk panggil penanggung jawabnya, karena kalau terjadi apa apa di hutan kita semua akan pusing. Ungkap Yansen ketika dihubungi lewat WatsApp. Sabtu 28/10/2023

Selain unsur pemerintah pihak akademisi Universitas Halmahera (UNIERA) juga angkat bicara terkait dampak pariwisata masal terhadap lingkungan hidup.


“Pariwisata masal melibatkan kunjungan wisatawan ke suatu areal wisata dalam jumlah banyak (rombongan). Wisata masal jika tidak dikontrol dengan baik sering menimbulkan masalah lingkungan seperti sampah dan vandalisme (merusak/mencoret fasilitas oleh wisatawan/pengunjung). Wisata masal tanpa pengawasan yang memadai pada spot-spot alami seperti hutan juga berpotensi mengganggu ekosistem yang ada. Terkadang wisatawan/pengunjung mengambil bagian tertentu dari hutan seperti bunga dan satwa (serangga, reptil, dll) karena menyukainya. Dalam melakukan wisata pada spot-spot alam sebaiknya tidak mengambil apapun kecuali foto dan tidak meninggalkan apapun kecuali jejak kaki.” Ungkap Radios Simanjuntak, S.Hut, M.Si Dosen Prodi Kehutanan Uniera. Sabtu 28/10/2023 ** (AD)

By admin