(Keterangan Foto : Kunjungan ke keluarga Pendengar radio Syallom desember 2024 lalu berbagi sembako dan kebutuhan natal dan tahun baru dari pesembahan Ibu M.P)
Namanya Pdt Kefas T Mahaganti, asal Sulawsi utara. Beliau sudah almarhum dan mantan Gembala Gereja Pentakosta Tabernakel Gura Tobelo.

Beliau adalah salah satu hamba Tuhan yang paling menghargai kesempatan berkhotbah lewat Radio Syallom.
Kadang beliau datang dalam keadaan sakit, jalan tertatih tatih dituntun oleh anak rohaninya ke studio untuk berkhotbah di Radio sesuai jadwal. Selesai khotbah, ia harus terduduk hampir sejam di studio karena fisiknya tidak kuat. Tapi minggu depannya ia datang lagi. Benar benar hamba Tuhan yang setia. Selama ia dijadwalkan berkhotbah di Radio Syallom, tidak pernah satu kalipun ia mengosongkan jadwalnya, kecuali saat ia harus berobat di Manado

Suatu kali Saya pernah bilang, “Pak Pendeta kalau sakit, jangan paksa datang, biar kami putar rekaman khotbah saja”

Apa jawabnya ?
“Kalau saya sakit dan sudah pasang oksigen baru saya tidak datang. Atau kalau pak Egbert yang Suruh saya berhenti, baru saya tidak datang. Di Jawa atau di kota besar, kalau kita mau isi khotbah di Radio, kita yang harus bayar ke Radio itu karena kita yang pakai jam siar mereka. Ini gratis, masa saya sia siakan hanya karena sakit yang tak seberapa ini”.
Pernah pula almarhum Pdt Kefas Mahaganti berkata : “Pak Egbert, kalau saya mau masuk dari rumah ke rumah orang di Tobelo berkhotbah 1 jam …. Pasti banyak yang menolak kalau tahu saya dari organisasi gereja lain. Tapi kalau saya berkhotbah lewat Radio Syallom, ribuan orang akan dengar khotbah saya itu. Ini kesempatan baik untuk beritakan Firman.Saya ini khan hamba Tuhan yang tugasnya memberitakan khabar baik. Jadi ini kesempatan emas. Kalau saya berkhotbah di radio, siapapun tak bisa halangi. Siaran radio tembus sampai ke kamar mereka”

Banyak pelajaran iman bersama Pdt Kefas Mahaganti. Dia suka bercerita dengan saya pengalaman pengalaman berkesan saat berjumpa dengan pendengar. Karena suaranya cukup unik maka kadang kala para pendengar radio Syallom bisa tahu waktu mereka berbicara dengannya.
Ia pernah bercerita begini. Beberapa kali ia pergi belanja ikan dan sayur di pasar Rawajaya dan pasar Wosia. Saat ia bertanya harganya, ibu ibu penjual Tanya Pak pendeta yang biasa khotbah di radio Syallom ya ? Pdt Kefas tersenyum dan mengiyakan. Rupanya ibu ibu penjual ini mengenal suaranya yang unik itu. Dan rupanya mereka adalah pendengar setia radio Syallom.

Ia pernah bercerita juga. Pernah saat naik bentor beberapa kali, saat bercerita dengan tukang bentor, ia disapa dengan menyebut Pdt Mahaganti. Ia kaget sekali. Sebab tukang bentor itu tahu namanya. Apalagi tukang bentor itu berasal dari daerah Buton (Sulawesi tenggara) dan hampir dipastikan bukan seorang Kristen.
Saat ditanya mengapa bisa tahu namanya, tukang bentor itu bilang saya tahu bapak Pendeta Mahaganti karena saya kenal suaranya. Suara ini biasa saya dengar khotbah di radio Syallom. Kejadian ini bukan satu dua kali saja. Tapi menurut ceritanya almarhum, beberapa kali ia mengalami kejadian unik itu.
Karena itulah, Pdt Kefas Mahaganti tidak pernah satu kalipun menyia nyiakan kesempatan sejam seminggu sekali mengisi khotbah di Radio Syallom selama 3 tahun ia dijadwalkan.

Siapa bilang jaman sekaraang siaran radio sudah jarang orang dengar ? Itu pandangan yang sangat keliru. Almarhum Pdt Kefas Mahaganti sudah menunjukan Kepada kita bagaimana sampai hari ini ada banyak orang yang tetap setia mendengar siaran radio Syallom. Mereka mendengar siaran radio Syallom dari mulai on air jam 05 00 subuh sampai tutup siaran jam 23 00.
Kalau ada bantuan radio dari mitra kami dari jawa, saat kami umumkan sebanyak berapapun yang kami akan bagikan, dalam waktu tidak lebih sejam. Semua pemberian radio ludes tak terbekas. Orang berlomba lomba ingin punya radio. Itu bukti kalau keerinduan mendeengar siaran radio rohani itu sangaaat besar sekali.

Itu jadi bukti bahwa radio masih tetap didengar dan dicintai masyarakat.
Apalagi dengan adanya kemajuan tekhnologi internet saat ini. Siaran radio Syallom sudah bisa didengar di berbagai Negara.
Berkali kali saya menerima pesan WA dari pendengar radio Syallom dari beberapa Negara seperti dari Jepang, Jerman, Portugal, Malaysia, Singapura, Belanda dll. Oh kalau respon WA dari pendengar di berbagai kota di Indonesia sudah sangat banyak kami terima. Sekali lagi, itu bukti bahwa Radio masih sangat dibutuhkan masyarakat. Orang masih tetap setia mendengar khotbah, kesaksian dan lagu lagu rohani dari siaran radio. Baik di Halmahera, di Indonesia dan bahkan orang orang Halmahera di luar negeri yang suka mendngar radio kami.

Olehnya itu, kami begitu menghargai rekan rekan hamba Tuhan seperti almarhum Pdt kefas Mahaganti yang melihat ini adalah Kesempatan emas yang tidak didapat kembali dalam pemberitaan khabar baik. Salah satu yang sampai sekarang begitu setia mengisi khotbah di radio syallom dan tak pernah lalai mengisi jadwal adalah Pdt Sony Abas S Th beersama hamba tuhan Gereja Pentakosta Kharismatika di Indonesia (GKPdI) Keluarga Allah Tobelo yang sudah lebih 15 tahun mengisi khotbah dan memberkati ribuan orang setiap minggu.
Bahkan kalau ada hamba Tuhan yang punya jadwal tetap dan sering lalai mengisi, kami dengan tegas mengeluarkan mereka. Sebab bagi kami ini adalah kesempatan emas sampaikan khabar baik. Ada ribuan orang yang mendengar. Kalau berkhotbah di gereja mungkin hanya belasan orang atau puluhan orang yang diberkati. Beda jauh dngan khotbah di radio yang bahkan orang belum pecaya Yesus juga bisa tahu siapa juruselamat setelah mendengar siaran radio dengan khotbah khotbahnya.

Sayapun sering temukan secara kebetulan beberapa pemilik kios di seputaran kota Tobelo yang berasal dari daerah Sulawesi tenggara yang selalu mendengar siaran radio Syallom. bahkan sejumlah pasien di Rumah sakit umum Tobelo terkadang saya temukan mereka juga selalu mendengar radio syallom dengan menggunakan handphone. Ini yang tetap membuat kami bersemangat dalam pelayanan ini, “Gereja di Udara”
Tuhan memberkati kita

Pdt Egbert Hoata SH, M Th (Pimpinan Pelayanan Gereja di Udara)