(TOBELO – SN) Forum Peduli GMIH (FPG) direncanakan Besok Selasa (22/11) Jam 10 00 wit bertempat di Hotel Greenland Gura akan mengumpulkan sekitar 1000 presbiter GMIH untuk duduk berdiskusi tentang kondisi kekinian gereja terbesar di Maluku utara ini.
Secara khusus 3 orang Pengurus FPG masing masing Diaken Yano Mahura (Ketua), Nelman Tahe (Sekretaris) dan Fredy Charles Ngingi (Bidang Humas) mendatangi kantor Syallomnews Di Wari, Minggu (21/11) sore untuk menyatakan kepastian acara tersebut.
Kepada Syallomnews Yano Mahura, Ketua FPG menyatakan FPG mencermati kondisi kekinian GMIH yang sudah sangat memprihatinkan Olehnya itu Forum Peduli GMIH sebagai sebuah wadah resmi yang sudah punya akte notaris pendirian perlu melaksanakan sebuah pertemuan besar para presbiter untuk mengaambil langkah taktis demi menyelamatkan perahu GMIh yang sedang terombang ambing seperti sekarang ini.
“Pasca dualisme sejak 9 tahun lalu, harapan akan kembali adanya penyatuan GMIH seakan akan semakin jauh dari harapan. Padahal kita tahu bersama, hampir semua jemaat awam GMIH sudah tidak mau lagi GMIH terpecah pecah. Mereka sudah ingin GMIH itu satu saja. Tidak ada GMIH Lama dan GMIH Baru. Jemaat sudah bosan dengan pertikaian, sebab mereka bersaudara. Lalu pertanyaannya kenapa mereka para Pemimpin gereja GMIH sepertinya tidak mau berdamai ? Ada apa ini sebenarnya ? Takut tidak menjabat lagi sebagai BPHS ? Kasihan, jemaat yang dikorbankan karena ambisi pribadi saja” katanya.
Yano juga katakan keprihatinan FPG atas pelaksanaan Sidang Sinode GMIH ke XXIX yang dinilai paling terburuk dalam sejarah GMIH sebab ada dugaan money politick serta tindakan kekerasan kekerasan dalam persidangan.
Ia melanjutkan adanya pemutasian sejumlah Pegawai Organik gereja GMIH yang hanya berdasarkan like and dislike dan bukan berdasar kebutuhan jemaat. Bukan itu saja menurut Yano, tapi warga jemaat juga tidak disajikan informasi yang jelas soal putusan Mahkama Agung tentang logo GMIH. Malah menurut Yano Mahura, jemaat GMIH disajikan informasi soal logo yang mengambang. Padahal kalau mau jujur putusan itu jelas menyatakan GMIH Jl Kemakmuran sudah tidak bisa gunakan logo kebanggaan itu lagi.
“Malah yang lebih tragis lagi, oknum tertentu di Sinode sudah mendaftarkan logo baru GMIH di Kementrian Hukum dan HAM tanpa lewat kesepakatan Sidaang sinode Istimewa. Mengganti logo GMIH yang kita sudah pakai puluhan tahun hanya dilakukan oleh satu dua orang saja tanpa lewat keputusan Sidang Sinode istimewa, sebuah tindakan yang benar benar fatal. Pdt Demianus Ice dkk harus diminta pertanggung jawaban soal penggantian logo ini” ujar Diaken GMIH Elim Gura ini.
Atas dasar itulah maka FPG akan mengumpulkan 1000 an presbiter GMIH se Maluku utara untuk berdiskusi dan deklarasi dengan thema “Kasih Menyatukan Perbedaan”.
“Kalau jemaat sudah tidak mau lagi ada GMIH baru dan GMIH lama, jemaat Cuma mau ada satu Pengurus Sinode GMIH, lalu kenapa dualisme ini masih mau terus dipertahankan ? Harus ada sikap dari kita para presbiter dalam pertemuan Selasa nanti”
Sekretaris FPG, Nelman Tahe menyatakan rasa syukurnya sebab respon yang antusias dari jemaat GMIH untuk acara ini.
“Sampai hari Minggu ini sudah ada ratusan presbiter GMIH dari seluruh Maluku utara yang sedang menuju Tobelo dan malah sore ini sudah ada banyak peserta dari Haltim yang tiba dan masuk penginapan. Ini bukti bahwa semua jemaat dan presbiter sudah tidak mau lagi ada dua GMIH”.
Nelman juga memberi apresiasi kepada begitu banyak jemaat yang dengan sukrela mau merogoh kantong pribadi untuk mendukung acara ini.
“Luar biasa antusias dari jemaat jemaat GMIH yang mau berkorban bagi acara ini. Mereka bisa patungan bahu membahu mengumpulkan uang pribadi untuk membiayai acara ini. Ini bukti jika jemaat GMIH itu sebearnya sangat cinta GMIH dan tidak mau ada perpecahan lagi. Sehingga mereka mau mengorbankan uang mereka untuk mendukung acara ini/ Kami dari FPG sangat salut atas semua dukungan itu”
Aktifis FPG sangat bersemangat bekerja, menurut Nelman Tahe sebab mereka merasakan dukungan yang luar biasa dari jemaat awam dengan ikut menyumbang untuk biaya acara ini. Ia mencontihkan ada Ibu ibu penjual sayur di Pasar yang memberikan sebagian hasil jualannya untuk membantu biaya FPG. Juga ada buruh pelabuhan yang memberikan uangnya yang tidak seberapa untuk mendukung acara ini.
“Saya tegaskan, acara acara FPG selama ini itu dananya bukan dari Pejabat daerah, Pengusaha atau Politisi. Tapi ini benar benar dibiayai oleh jemaat. Biat jumlahnya tidak seberapa tapi dukungan itu sangat berarti. Ini bukti bahwa jemaat di kalangan bawah sudah tidak mau lagi ada dua GMIH.”
Sehubungan dengan adanya pesan Whatshap yang sifatnya profokatif yang sengaja dikirim oknum tak bertanggung jawab jelang acara FPG ini, Charles Fredy Ngingi mengatakan bahwa apa yang disampaikan itu tidak benar adanya.
Seperti diketahui sejak sabtu kemarin beredar WA yang isinya selesai diskusi FPG akan berdemo di Kantor Sinode dan setelah itu menyatakan diri akan bergabung dengan GMIH baru. WA tersebut dikirim secara massal ke sejumlah presbiter.
“Acara diskusi Selasa besok itu adalah acara diskusi oleh presbiter dan jemaat yang cinta GMIH. Bukan acara aksi unjuk rasa. Jadi jemaat jangan percaya dengan pesan WA itu. Kami sudah laporkan pengirim WA fitnah dan profokatif ke Polres. Kami ajak semua presbiter untuk tidak takut menghadiri acara ini. Kalau kita hadir di acara ini besok, justeru itu bukti kalau kita para presbiter sangat mencintai GMIH dan ingin kondisi buruk ini segera berahir, Kalau kita tidak hadir dan takut dengan ancaman BPHS, itu tanda kita tidak peduli dengan gereja GMIH kebanggaan kita ini” katanya
Ia bersama aktifis FPG sangat bersyukur sebab prebiter yang diundang sudah menyatakan kehadirannya
“Bahkan sejak Sabtu sore, sudah banyak presbiter yang datang dari Haltim, Halbar, Halsel dan kota Ternate serta Halteng. Beberapa pendeta juga sudah nyatakan siap hadir hari Selasa besok. Jelas ini membuktikan kalau Para Pelayan khusus ini lebih mendengar apa yang menjadi keinginan jemaat daripada pimpinan mereka yang mungkin saja memikirkan kepentingan kekuasaan belaka di sinode” (egb01)